Rabu, 05 Agustus 2009

cinta IBU

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya
Suaminya sudah lama meninggal karena sakit
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.
Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi

Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap
Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung
pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari
di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan
Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya

Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba

Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada
Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat

Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah

Tahukah apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah
dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi,
dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata
Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan
Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk anaknya Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya.

Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu

Sesuatu untuk dijadikan renungan utk kita..

Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun

There is a story living in us that speaks of our place in the world

It is a story that invites us to love what we love and simply be ourselves

Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati
Ambillah waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa berarti
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan

Panglima Minal - Bengkalis


Panglima Minal


Menurut sejarah, Panglima Minal wafat pada usia 91 tahun sekitar 1700 M. Pada zaman pemerintahan Sultan Siak Jalil Rahmad Syah.

Berawal dari tragedy kekacauan oleh perampok / bajak laut atau lanun yang merajalela di perairan Selat Bengkalis terutama Tanjung Kongkong sampai Tanjung Jati.

Kekhawatiran serta kewalahan para Panglima yang ada di kerajaan Siak pada saat itu dalam menghadapi kekacauan yang dilakukan para bajak laut. Sultahn Siak Jalil Rahmad Syah mengeluarkan titah kepada masyarakat bahwa, barang siapa yang dapat menumpas para lanun / perampok yang berleluasa di laut perairan Selat Bengkalis, Sultan berjanji akan melantiknya menjadi Panglima Kerajaan.

Mendengar titah Sultan Siak itu seorang pemuda yang bertubuh kekaar, perkasa dan berjambang yang bernama Minal diam-diam menyanggupi titah Sultan untuk menumpas para lanun yang membuat keonaran tersebut.

Minal melakukan penyisiran di perairan Selat Bengkalis dengan menggunakan perahu kecil, di suatu wilayah Minal bertemu dengan tongkang si bajak laut, disitulah Minal bermula memperkenalkan taringnya sebagai wira, membuat para lanun menjadi kecut menghadapi Minal yang tidak meminta perkelahian melainkan hanya meminta beberapa batang paku yang berukuran 5 inchi beberapa batang, apabila para si bajak laut itu mendengar permintaan Minal, mereka segera memenuhi permintaannya.

Setelah Minal menerima beberapa batang paku besi lima inchi tersebut, lalu melahap habis paku tersebut kemudian Minal meludahkan air liurnya kehadapan para lanun itu, mereka tak berkutij ketakutan dan menyerah kepada Minal dan berjanji tidak akan membuat keonaran di selat Bengkais. Semua lanun digiring oleh Minal ke Siak dan dipersembahkan kepada Sultan Siak, oleh Minal yang telah menaklukkan para lanun Sultan Jalil Rahmad Syah melantik Minal sebagai Panglima Kerajaan.

Selain menghadapi dan menaklukkan para lanun Panglima Minal diuji menghadapi para Panglima Kerajaan terdahulu seperti :
1. Panglima Megat Alam
2. Panglima Emping Bermintah
3. Panglima Kenaik
4. Panglima Tunggang
5. Panglima Nayan (Rupat)
6. Panglima Muhammad (Kubu)
7. Panglima Hasyim (Kubu)


Apabila peluru yang diacungkan kehadapan Panglima Minal dan ditembakkan ternyata peluru tersebut tidak menjejaskan dan jatuh tepat di hadapan kakinya. Dari kejadian itu Sultan benar-benar takjub dan yakin akan kehandalan Panglima Minal.

Setelah melalui ujian itu Panglima Minal dinobatkan untuk memimpin keamanan wilayah perairan pesisir Pulau Bengkalis.

Panglima Minal yang mempunyai istri 7 orang, dari Suku Gasib, dan dari Suku Duyun serta Buyud (istri) beliau dari Burk Bakul dan ahli warisnya masih bayak terdapat di Bengkalis.

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis